Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Dengan lemas ia
menghampiri pohon mangga sambil berkata, “Aku lapar, bolehkah aku makan
daunmu?”
Pohon mangga menjawab, “Tanah di sini tandus, daunku pun tidak
banyak. Apabila kau makan daunku, nanti akan berlubang dan tidak
kelihatan cantik lagi. Lalu aku mungkin akan mati kekeringan. Hmmm… tapi
baiklah, kau boleh naik dan memakan daunku. Mungkin hujan akan datang
dan daunku akan tumbuh kembali.”
Ulat naik dan mulai makan daun-daunan. Ia hidup di atas pohon itu
sampai menjadi kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang
cantik.
“Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. Terima kasih
karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu. Sebagai balas budi, aku
akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”
Dalam hidup kita sering memperhitungkan untung rugi pengorbanan yang
dilakukan. “Jika saya memberi, saya akan kekurangan. Bagaimana
mengatasinya?” Atau, “Bagaimana kalau ternyata saya ditipu?”
Tapi sadarkah kita, setiap kita memberi, ada sepercik sukacita di
hati? Mother Teresa pernah berkata, “Lakukan apa yang menjadi bagianmu,
dan jangan berpikir apa yang akan kita dapat.” Bila ingin memberi,
lakukan saja karena semuanya akan kembali ke kita juga.
0 komentar: