mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya.- Yohanes 13:5
 

Untung saya bukan Yesus. Kalau saya jadi Yesus, mungkin saya akan berpikir ribuan kali sebelum mengambil baskom berisi air yang terletak di pojok ruangan, berikut kain yang biasa digunakan untuk mengelap kaki. Selain karena gengsi, alasan lain yang membuat saya menolak mentah-mentah untuk membasuh kaki para murid karena kehidupan para murid yang sama sekali tidak dapat diandalkan. Mau saya sebutkan?
Mulai saja dari Petrus. Si mulut besar ini hanya pandai berkoar-koar, namun saya tahu bahwa sebentar lagi ia akan menyangkal saya, meski dihadapan seorang hamba sekalipun! Petrus, kemana perginya keberanianmu? Yudas lebih parah dari si mulut besar ini. Tega-teganya ia menjual saya hanya demi beberapa keping uang? Yohanes dan Yakobus, dua bersaudara yang egois. Saya akan menghadapi salib, eh mereka justru ribut tentang siapa yang nanti berhak duduk di tempat paling terhormat. Thomas, saya harus berkata apa lagi supaya kamu bisa percaya kepadaku? Murid yang lain juga tidak jauh beda. Jangankan mau ikut merasakan perihnya cambuk, mendekat pun mereka tidak berani. Saya tahu bahwa mereka akan melakukan hal yang sangat mengecewakan, lalu sekarang saya harus membasuh kaki mereka?
Sekali lagi, untung saya bukan Yesus. Kalau saya jadi Yesus mungkin saya akan berkata pendek, “Membasuh kaki mereka? Sorry deh...” Karena Yesus tidak seperti saya, maka Ia melakukan hal yang luar biasa. Ia tetap menunjukkan kasih yang mendalam, termasuk terhadap mereka yang akan menjual-Nya, menyangkal-Nya dan yang akan meninggalkan-Nya. Ngomong-ngomong, kita ini memiliki kemiripan dengan para murid itu lho. Coba hitung berapa kali kita berbuat dosa dan berapa kali kita melukai hati-Nya? Kita harusnya tak layak dikasihi. Kita patutnya dibuang. Kita jauh dari predikat baik. Namun bersyukur, Yesus melakukan kasih yang sedemikian revolusioner. Kasih yang mencengangkan. Kasih tanpa batas. Kasih yang melampaui perasaan dan nalar. Mengasihi yang tak patut dikasihi. Berbelas kasihan kepada yang tak layak beroleh belas kasihan.
Kasih Yesus melampaui batas perasaan dan nalar. Sungguh, kasih yang mencengangkan ...(Kwik)

» Renungan ini diambil dari
Renungan Harian Spirit

Bongkar kebiasaan lama! Pengunjung yang baik meninggalkan komentar.


This entry was posted on 00.25 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar:

Terima Kasih Sobat Blogger. God Bless You.

Widget by TIPS untuk Blogger GBI City of Worship Sintang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...