Adi: Mengapa menangis, Dok?
Dokter: Ini, Mas. Saya baca surat cinta dari pasien saya. (Sambil menyodorkan surat cinta beserta foto pengirimnya.)
Adi (heran): Kenapa Dokter sedih? Dari fotonya, pasien dokter ini terlihat cantik dan muda.
Dokter (sambil menahan tangis): Usia saya sudah
kepala empat, tapi susah dapat pendamping. Tidak ada perempuan yang mau
sama saya. Tapi sekalinya ada wanita yang bilang saya ganteng dan
tertarik pada saya, dan itu adalah pasien saya.
Adi: Sudahlah, Dok. Apakah kode etik Dokter melarang berpacaran dengan pasien?
Dokter: Tidak, sih.... (sambil menghela napas)
Adi: Apakah dia bersuami?
Dokter: Belum, bukan itu masalahnya.
Adi (makin berlagak menasihati): Nah, kenapa ragu?
Toh, rumah sakit tempat Dokter bekerja tidak mungkin melarang seorang
dokter menikah dengan pasiennya. Apa lagi?
Dokter: Mas... Mas ini tahu tidak saya kerja di rumah sakit mana?
Adi: Tidak, Dok. Memangnya di mana?
Dokter (sambil menangis): Mas, saya dokter di rumah sakit jiwa....
Adi (dengan polosnya): Apa salahnya dicoba dulu, Dok!
[Sumber diambil dan disunting seperlunya dari: Inspirasi, Juni 2012]
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita
saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang
yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." (1 Yohanes 4:7)
0 komentar: