Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: ".. Haruslah kamu mengelilingi kota itu, yakni semua prajurit harus mengedari kota itu sekali saja; demikianlah harus engkau perbuat enam hari lamanya, dan tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala tanduk domba di depan tabut. Tetapi pada hari yang ketujuh, tujuh kali kamu harus mengelilingi kota itu sedang para imam meniup sangkakala. Apabila sangkakala tanduk domba itu panjang bunyinya dan kamu mendengar bunyi sangkakala itu, maka haruslah seluruh bangsa bersorak dengan sorak yang nyaring, maka tembok kota itu akan runtuh, lalu bangsa itu harus memanjatnya, masing-masing langsung ke depan." – Yosua 6: 1-5
 
Memasuki bulan Agustus, bulan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, saya percaya kita tidak hanya merayakan hari kemerdekaan secara fisik saja, tetapi kita pun akan melihat dan merayakan kemerdekaan secara rohani terjadi di dalam kehidupan kita secara pribadi maupun di dalam kehidupan bangsa ini.

Berkenaan dengan hal ini, Tuhan memberikan ayat-ayat dalam Yosua pasal yang ke enam untuk kita renungkan bersama-sama. Kita akan merenungkan bagaimana tembok yang luar biasa besar dan tebal nya itu dapat diruntuhkan (Menurut para ahli arkeologi, tebal dari tembok Yerikho adalah kurang lebih setebal enam meter; dapat dilalui oleh dua buah kereta kuda secara berdampingan).

Pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah adanya kerjasama antara manusia dengan Tuhan. Tuhan mau dan ingin agar tembok tersebut runtuh, agar umat-Nya dapat menguasai dan menduduki kota tersebut. Tapi untuk tembok itu runtuh, umat Israel harus mengikuti instruksi atau perintah-perintah yang disampaikan oleh Tuhan. Tanpa ketaatan mereka untuk mengikuti tuntunan / perintah-perintah Tuhan niscaya tembok yang tebal tersebut tak akan runtuh.

Untuk tembok itu runtuh maka hal pertama yang bangsa Israel harus lakukan adalah mengelilingi tembok tersebut dengan membawa serta tabut perjanjian Allah. Pada jaman itu tabut perjanjian Allah selalu berbicara mengenai kehadiran Tuhan. Jadi untuk melihat tembok-tembok dalam kehidupan kita dan bangsa kita diruntuhkan maka kita perlu menyertakan kehadiran Tuhan dalam setiap masalah atau problema yang sedang kita hadapi. Firman Tuhan berkata dalam Mazmur 22:4 bahwa Tuhan Allah Israel bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya.

Kita perlu meninggikan Tuhan di atas setiap masalah /persoalan kita. Pada waktu kita memuji-muji dan meninggikan Tuhan, iman kita sedang diangkat untuk melihat bahwa Tuhan lebih besar dari masalah kita; bahwa Dia sanggup untuk menyelesaikan setiap persoalan kita. Iman inilah yang akan mendatangkan mujizat dalam hidup kita. Iman juga lah yang membuat kita menjadi tenang saat kita menghadapi persoalan.

Tetapi Yosua telah memerintahkan kepada bangsa itu, demikian: "Janganlah bersorak dan janganlah perdengarkan suaramu, sepatah katapun janganlah keluar dari mulutmu sampai pada hari aku mengatakan kepadamu: Bersoraklah! --maka kamu harus bersorak." – Yosua 6:10

Melalui Yosua, Tuhan memerintahkan kepada pasukan Israel untuk tidak boleh mengeluarkan sepatah kata pun selain daripada sangkakala yang ditiup terus menerus. Mengapa Tuhan melarang bangsa Israel untuk berkata-kata selain daripada meniup sangkakala?

Kecenderungan kita sewaktu kita menghadapi persoalan /permasalahan yang sulit adalah berkeluh kesah. Keluh kesah, gerutu, sungut-sungut adalah lawan dari iman. Iblis – musuh kita, ingin kita fokus pada masalah dan kekurangan kita. Dan saat kita berfokus kepada masalah /persoalan, kita akan kehilangan fokus kita akan kebesaran Tuhan, dan kita akan kehilangan iman kita. Itulah sebabnya Tuhan melarang bangsa Israel berkata-kata sewaktu mengelilingi tembok Yeriko.

Tembok Yerikho tidak runtuh karena kehebatan atau kekuatan pasukan Israel, tetapi tembok itu runtuh karena ketaatan mereka akan perintah Tuhan. Tembok Yerikho runtuh pada hari ke-tujuh dan pada putaran ke-tujuh. Angka tujuh selalu menunjuk kepada Kesempurnaan. Tembok tersebut runtuh pada waktu Tuhan yang sempurna (God’s perfect time). Tetapi angka tujuh juga selalu berbicara tentang Sabat – peristirahatan. Bukan kuat, bukan gagah, tapi oleh Roh-Ku, kata Tuhan (Zak 4:6). Marilah kita masuk ke dalam kemampuannya Tuhan dan beristirahat di dalamnya, dengan apa? Dengan banyak memuji dan menyembah Nya, tinggal dalam hadirat-Nya. Pada waktu kita memuji dan membesarkan nama-Nya maka kita akan melihat Tuhan keluar berperang ganti kita, tembok-tembok raksasa runtuh di hadapan kita. Kelimpahan, kesembuhan, promosi dan tuaian menjadi bagian kita. Selamat menerimanya. MERDEKA… Mujizat itu masih ada. TUHAN YESUS MEMBERKATI. (LBY)

Bongkar kebiasaan lama! Pengunjung yang baik meninggalkan komentar.


This entry was posted on 03.05 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar:

Terima Kasih Sobat Blogger. God Bless You.

Widget by TIPS untuk Blogger GBI City of Worship Sintang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...